Kamera maros,- Di sebuah pekan yang diselimuti semilir angin lurah Turikale, tiga sosok berpengaruh menapaki panggung sederhana namun sarat makna. Bupati Maros, Dr. H. A. S. Chaidir Syam, S.IP., MH, bersama Ketua TP‑PKK Kabupaten Maros, Apt. Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidir, S.Si, serta Ketua DPRD Kabupaten Maros, Muhammad Gemilang Pagessa, S.Tr.Sos., M.Si, resmi membuka Dapur Sentra Satuan Pelayanan Gizi (SPPG) Kecamatan Turikale. Upacara yang dihadiri warga, tokoh adat, dan perwakilan media ini menandai babak baru dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Maros.

Mengapa Turikale?
Kecamatan Turikale, dengan populasi penduduk yang mayoritas hidup di pedesaan, selalu menjadi wilayah yang menantang dalam penyediaan gizi seimbang bagi balita dan ibu hamil. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Maros menunjukkan bahwa pada 2023‑2024, 16 % anak di bawah lima tahun berada dalam status gizi buruk, sementara 23 % ibu hamil belum tercukupi asupan mikronutrien esensial.
Dengan menempatkan SPPG di Turikale, Pemerintah Kabupaten tidak hanya menurunkan jarak fisik antara layanan gizi dan penerima manfaat, tetapi juga memberikan sinyal kuat bahwa “gizi bukan lagi hak istimewa, melainkan hak dasar setiap warga”.
SPPG: Bentuk, Fungsi, dan Target
Fasilitas: Dapur bersertifikat ISO 22000, lengkap dengan dapur industri, ruang penyimpanan bahan baku bersih, dan ruang edukasi gizi.
Layanan: Penyediaan makanan bergizi (pagi, siang, dan sore) untuk 3 500 anak usia 0‑5 tahun, 1 200 ibu hamil serta 800 lansia per bulan.
Pendampingan: Tim gizi dari Dinas Kesehatan, relawan PKK, serta mahasiswa gizi Universitas Hasanuddin melakukan monitoring harian dan pendidikan gizi bagi keluarga.

Turikale menjadi Satu dari 24 SPPG yang direncanakan Kabupaten Maros untuk tahun ini. Target totalnya: 84 000 anak dan 30 000 ibu hamil yang akan menikmati menu MBG secara gratis hingga akhir 2025.
Suasana Upacara
Ketika genta kecil memanggil, Bupati Chaidir Syam melangkah ke panggung kayu yang dihias pita hijau‑kuning, warna barisan gizi nasional. Di sampingnya, Apt. Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidir menata jari-jarinya pada naskah keputusan, sementara Pak Muhammad Gemilang Pagessa mengangkat mikrofon dengan senyum lebar.
“Kita menanam benih kesehatan di Turikale hari ini, dan benih itu akan tumbuh menjadi generasi yang kuat, cerdas, dan produktif,” ujar Bupati Chaidir, mengangkat gantungan kunci berlogo SPPG.
Ketua TP‑PKK menambahkan,
“Peran PKK tidak berhenti pada pemberian makanan saja. Kami akan mengajarkan cara memasak yang higienis, mengelola limbah dapur, dan menanam sayuran organik di pekarangan rumah.”
Ketua DPRD menegaskan komitmen legislatif,
“Kami akan mengawasi penggunaan anggaran dengan transparan, memastikan setiap rupiah yang dialokasikan untuk SPPG memberi dampak langsung pada peningkatan status gizi di lapangan.”
Setelah pembacaan keputusan, ketiga pemimpin bersama-sama menyalakan lilin simbolis, menandai “pembukaan resmi” Dapur Sentra. Suara tepuk tangan warga menyatu dengan aroma harum sup sayur yang sudah siap dihidangkan.
Harapan dan Langkah Selanjutnya
Penguatan Kemitraan – Dinas Sosial, Dinas Pertanian, dan LSM lokal akan mengintegrasikan program pertanian rumah tangga (urban farming) untuk mendukung pasokan bahan baku segar.
Pemantauan Gizi Berbasis Digital – Tim gizi akan menggunakan aplikasi e‑Gizi Maros untuk mencatat asupan harian, pertumbuhan anak, dan tingkat kepatuhan diet.
Edukasi Keluarga – Setiap dua minggu, PKK akan menyelenggarakan kelas memasak sehat, serta sesi tanya‑jawab dengan ahli gizi.
Skala Up – Berdasarkan evaluasi triwulanan, Kabupaten Maros berencana menambah 8 SPPG lagi pada 2026, khususnya di daerah pesisir yang mengalami defisit mikronutrien tinggi.
Kata Penutup
Dapur Sentra SPPG Turikale bukan sekadar bangunan, melainkan titik tolak perubahan struktural dalam cara Maros memandang kesehatan dan kesejahteraan. Dengan kolaborasi lintas sektor—pemerintah, PKK, DPRD, serta masyarakat—gizi kini menjadi agenda bersama, bukan lagi beban yang dipikul sendirian.
Seperti yang diungkapkan Bupati Chaidir dalam pidatonya,
“Ketika anak-anak kita tumbuh dengan tubuh kuat, mereka akan menatap masa depan dengan penuh harapan. Inilah investasi paling berharga yang dapat kita berikan kepada bangsa.”
Semoga dapur ini menjadi cahaya harapan yang terus menyala, menginspirasi desa‑desa lain di Maros untuk menorehkan kisah gizi yang lebih baik.






