20 Korban Di Sandera Di Bandara Sultan Hasanuddin, Pesawat Di Bajak Teroris

blank

MAROS, Kameraliputan.com – Suasana Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, pada hari itu seharusnya dipenuhi hiruk pikuk aktivitas penerbangan yang konstan. Namun, realitasnya jauh berbeda. Tiba-tiba, kepanikan melanda area keberangkatan ketika suara tembak-menembak memecah keheningan. Sekelompok teroris, dengan brutal, menyandera puluhan orang di lantai tiga ruang tunggu penumpang. Tujuan mereka jelas: membajak pesawat dan menebar teror.

Situasi memuncak saat para pelaku tak segan melepaskan tembakan ke arah penumpang yang tak berdaya, menciptakan pemandangan mengerikan. Sebanyak 20 orang menjadi korban penyanderaan. Di tengah baku tembak yang sengit, dua teroris berhasil dilumpuhkan oleh aparat keamanan, sementara tiga lainnya tewas. Dramatisasi semakin terasa ketika pertukaran sandera dimulai. Kelegaan merayap ketika seorang ibu hamil berhasil diselamatkan, sebagai imbalan atas masuknya satu orang ke dalam kelompok sandera.

Namun, kengerian tak berhenti di situ. Jauh sebelum insiden di terminal, sebuah pesawat Bulusaraung 330-300 yang tengah dalam rute Jakarta-Makassar mengalami kecelakaan tragis saat proses pendaratan. Pesawat yang membawa 336 penumpang itu terbakar hebat sesaat setelah menyentuh landasan. Jumlah korban jiwa tercatat mencapai 89 orang, sementara 140 penumpang berhasil selamat, dan 59 lainnya menderita luka berat.

Kepanikan dan rasa duka yang mendalam menyelimuti bandara. Namun, di balik semua peristiwa mencekam itu, ada sebuah kebenaran yang menenangkan sekaligus menguji. Seluruh rangkaian kejadian mengerikan yang terjadi pada tanggal 16 September 2025 itu ternyata hanyalah bagian dari sebuah skenario latihan. Latihan Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) yang rutin digelar di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

General Manager Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu Gandaguai, menjelaskan bahwa latihan ini merupakan agenda dua tahunan yang krusial. “Latihan ini bertujuan menguji komunikasi, koordinasi, dan komando sebagai bentuk persiapan untuk menjamin keamanan bandara,” tegasnya, menyoroti pentingnya kesiapan menghadapi ancaman nyata.

Skala simulasi ini sungguh masif, melibatkan sekitar 500 personel dari berbagai instansi. Tidak hanya Angkasa Pura I sebagai penyelenggara utama, tetapi juga LPPNPI Yogyakarta, TNI, Kepolisian, Kantor Imigrasi, Balai Kekarantinaan Kesehatan, Basarnas, manajemen rumah sakit di sekitar bandara, hingga perwakilan dari maskapai penerbangan. Keikutsertaan berbagai elemen ini menunjukkan keseriusan dalam membangun sistem penanggulangan yang terintegrasi.

Kadis Operasi Lanud, Letkol Pnb Bambang Baskoro Adi, menambahkan bahwa 29 personel TNI AU turut diturunkan dalam latihan ini. “Untuk menguji komunikasi, koordinasi, dan komando sebagai suatu bentuk persiapan dalam menjamin keamanan bandara,” ujarnya, menggarisbawahi kembali tujuan utama dari simulasi yang penuh ketegangan ini.

Meskipun hanya latihan, realisme yang dihadirkan mampu menciptakan suasana mencekam, seolah-olah ancaman itu nyata. Namun, justru dalam realisme itulah letak keberhasilan simulasi ini. Dengan menguji setiap aspek kesigapan, diharapkan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin akan selalu siap, tidak hanya dalam latihan, tetapi juga dalam menghadapi situasi darurat yang sesungguhnya, demi menjamin keselamatan seluruh penumpang dan kru.

WhatsApp
Facebook
Twitter

Berita Terkait: