MAROS, Kameraliputan.com – Di Jalan Mamminasata, Maros, yang kini lebih akrab disebut Jalbar, ancaman tak kasat mata telah menjelma menjadi teror nyata bagi para pengendara. Bukan lubang jalan atau kecelakaan biasa, melainkan jeratan benang layangan yang membentang di udara, siap melukai siapa saja yang melintas tanpa persiapan. Korban terus berjatuhan, memicu kekhawatiran dan desakan agar pihak berwenang segera bertindak.
Jeratan Senyap di Leher Sri Wahyuni
Kasus terbaru yang viral dan mengguncang warga adalah insiden yang menimpa Sri Wahyuni. Pada Senin, 15 September 2025, seharusnya menjadi hari biasa bagi Sri. Namun, saat melintas di Jalbar, pengalaman mengerikan menimpanya. Tanpa peringatan, seutas benang layangan tiba-tiba membentang dan menjerat lehernya dengan kecepatan tinggi.
Kaget dan panik, Sri sontak memegang benang tersebut untuk mencegah luka yang lebih parah di lehernya. Namun, tindakan refleks itu justru berujung pada luka ganda. “Sampai berbekas hingga jilbab saya sobek,” ungkapnya, menggambarkan betapa kuat dan tajamnya gesekan benang itu. Tangannya pun tak luput dari sayatan, menambah derita yang ia alami.
Dalam unggahannya di akun pribadinya, Sri Wahyuni mengingatkan seluruh pengendara motor untuk ekstra hati-hati di kawasan tersebut. “Saya juga termasuk korban,” tulisnya, menambahkan kesaksian pribadinya pada daftar panjang insiden serupa.
Bukan Korban Pertama, Bukan yang Terakhir?
Yang lebih memprihatinkan, Sri Wahyuni bukanlah satu-satunya korban. Saat mendatangi klinik untuk berobat, ia mendapati ada korban lain yang mengalami nasib serupa, bahkan dengan luka yang lebih dalam. Menurut penuturan Sri, korban tersebut harus dirujuk ke rumah sakit karena parahnya luka yang dialami. Ini mengindikasikan bahwa masalah benang layangan di Jalbar telah menjadi ancaman sistemik yang membutuhkan penanganan serius.
Maraknya permainan layangan, terutama dengan benang gelasan atau benang layangan yang lebih kuat dan tajam, telah mengubah hobi anak-anak menjadi potensi bahaya mematikan di jalan raya. Benang-benang itu, yang nyaris tak terlihat oleh mata telanjang, bisa muncul tiba-tiba, menjerat leher, wajah, atau tangan pengendara yang melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan luka parah bahkan berpotensi merenggut nyawa.
Respons Kepolisian dan Desakan Publik
Menanggapi maraknya insiden ini, Kapolsek Turikale, AKP Syaifuddin, menyatakan pihaknya tidak akan tinggal diam. “Setelah itu kita tentukan langkah apa yang akan dilakukan,” ujarnya, Senin, 15 September 2025, menegaskan komitmen kepolisian. Pihaknya telah turun ke lokasi kejadian untuk melakukan investigasi dan memetakan area-area rawan yang sering menjadi tempat bermain layangan.
Unggahan Sri Wahyuni sontak menuai badai komentar dari warganet. Banyak yang mengecam keras praktik bermain layangan di area jalan raya yang membahayakan, menuntut pihak berwenang untuk tidak hanya menginvestigasi tapi juga menindak tegas para pelaku. Seruan untuk patroli rutin, razia layangan, hingga edukasi kepada masyarakat, khususnya anak-anak dan orang tua, kian menggema.
Kawasan Jalbar, yang notabene merupakan jalur ramai dan vital, kini diselimuti ketakutan akan ‘pembunuh senyap’ yang tak terlihat. Harapan besar kini tertumpu pada tindakan nyata pihak kepolisian dan kesadaran masyarakat. Sebelum lebih banyak korban berjatuhan, penertiban menyeluruh dan kesadaran kolektif adalah kunci untuk mengembalikan keselamatan di Jalan Mamminasata.