FLORES, Kameraliputan.com – Di ketinggian 1.200 hingga 1.600 meter di atas permukaan laut, di lereng-lereng subur Kabupaten Ngada, Flores, terhampar kebun-kebun kopi yang menghasilkan mahakarya rasa. Inilah Kopi Arabika Flores Bajawa—bukan sekadar minuman, melainkan narasi tentang tanah vulkanik, tradisi yang diwariskan turun-temurun, dan dedikasi pada mutu.
Kini, kisah otentik Bajawa telah menempuh perjalanan ribuan kilometer. Cita rasa khasnya yang kaya, dengan notes cokelat, karamel, dan sedikit sentuhan jeruk (citrus), telah resmi menembus pasar global, menandai titik balik penting bagi kemandirian ekonomi masyarakat desa.
Sejarah Baru di Trade Expo Indonesia 2025
Kebanggaan itu membuncah di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025. Di tengah hiruk pikuk pameran dagang internasional, BUM Desa Watuata, yang berlokasi di Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, menorehkan tinta emas. Mereka berhasil menandatangani perjanjian jual beli kopi Arabika Flores Bajawa dengan mitra dagang dari Australia.
Kesepakatan ini bukan sekadar transaksi komersial; ia adalah validasi global atas standar kualitas yang dijaga ketat oleh para petani di Flores. Ini membuktikan bahwa pengelolaan potensi lokal yang terstruktur, dikelola oleh entitas desa, mampu memenuhi tuntutan pasar internasional yang sangat kompetitif.
Bukan Sekadar Komoditas, Tapi Kemandirian Ekonomi
Pencapaian BUM Desa Watuata adalah cerminan visi besar yang diusung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT): bahwa desa adalah poros kemajuan bangsa.
Ekspor kopi Bajawa ke Australia ini menunjukkan tiga pilar utama keberhasilan pembangunan dari tingkat desa:
Komitmen Mutu yang Tak Tertandingi: Kopi Bajawa terkenal karena proses pengolahannya yang organik, tanpa menggunakan pupuk kimia. Komitmen BUM Desa untuk mempertahankan proses full washed atau wet-hulled tradisional, memastikan setiap biji kopi memiliki kualitas premium dan konsisten, hal yang sangat dihargai oleh pembeli internasional.
Kekuatan Kolektif dan Kolaborasi: BUM Desa (Badan Usaha Milik Desa) berfungsi sebagai jembatan antara petani kecil dan pasar besar. Ini menghilangkan rantai pasok yang panjang, memastikan harga yang adil bagi petani, dan memberikan daya tawar kolektif di tingkat global. Kolaborasi ini juga mencakup pendampingan teknis dan peningkatan kapasitas.
Semangat Membangun dari Desa (The Spirit of TEKAD): Keberanian BUM Desa Watuata untuk tampil di panggung internasional adalah bukti nyata semangat untuk mandiri. Mereka mewujudkan tekad bahwa potensi lokal, jika dikelola secara profesional, mampu menjadi motor penggerak ekonomi regional dan nasional.
Melalui ekspor ini, Bajawa tidak hanya mengirimkan kopi; mereka mengirimkan harapan. Nilai tambah diserap langsung oleh masyarakat, menguatkan fondasi ekonomi lokal, dan mendorong terciptanya lapangan kerja yang berkelanjutan di pedesaan.
Dari dataran tinggi yang diselimuti kabut, aroma kopi Bajawa kini menguar hingga ke belahan dunia. Inilah kisah sukses tentang bagaimana kolaborasi, komitmen mutu, dan semangat membangun dari desa membuka jalan lebar menuju kemandirian ekonomi.







