Mamasa | Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 25 Oktober 2021 di Mamasa, Sulawesi Barat. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital”.
Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, Founder Resensi Institute, Hartono Tasir Irwanto; anggota Japelidi, Andi Fauziah Astrid; peneliti & kreator konten, Muhammad Albar; serta pemengaruh/penyiar/host, Andi Widya Syadzwina. Sedangkan moderator yaitu Humaerah. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Beralih ke sesi pemaparan, materi pertama dibawakan oleh Hartono Tasir Irwanto yang menyampaikan tema “Digital Skill dan Online Learning”. Menurut Hartono, Indonesia termasuk empat besar konsumen digital global, namun indeks literasi Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara. Padahal, kecakapan literasi digital bertujuan memastikan durasi waktu belajar yang lebih banyak ketimbang durasi penggunaan layar, sebagai fondasi sikap kritis, serta penyaring informasi yang salah dan benar. “Ada dua hal yang diperlukan dalam literasi, yaitu logika (berfungsi mengukur benar salahnya sesuatu), dan referensi (memperdalam apa yang dibaca),” jelasnya.
Selanjutnya, Andi Fauziah Astrid memaparkan materi “Hate Speech , Identifikasi Konten dan Regulasi yang Berlaku”. Ia mengatakan, ujaran kebencian atau hate speech merupakan ekspresi yang mengajak untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau kelompok tertentu. Warganet umumnya nyaman melakukan ujaran kebencian di media sosial karena merasa identitasnya tidak diketahui daripada mengungkapkannya secara langsung, padahal tidak demikian. “Ada dua regulasi yang mengatur larangan ujaran kebencian, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),” ujarnya.
Pemateri ketiga, Muhammad Albar, menyampaikan paparan bertema “Memahami Batasan dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurut dia, manfaat positif internet yaitu sebagai media informasi dan mempermudah komunikasi. Di sisi lain, dunia maya kerap menghadirkan hoaks serta banyak ujaran kebencian. Sejatinya, kebebasan berekspresi warganet dalam mengunggah konten di media sosial dibatasi hak atau kebebasan warganet lainnya. Sehingga, hindari menyebarkan data pribadi, hal-hal sensitif dan menyinggung orang lain, serta memamerkan kekayaan. “Pikirkan apa yang akan Anda posting, jangan sampai menjadi bumerang di masa depan,” pesannya.
Andi Widya Syadzwina, sebagai narasumber terakhir menyampaikan paparan berjudul “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, kiat agar aman di dunia maya, antara lain berperilaku baik, periksa pengaturan akun dan kata sandi, hindari menyebar rumor, tidak sembarangan menerima pertemanan, pikir dahulu sebelum mengunggah sesuatu, dan verifikasi berita sebelum dibagikan. “Jejak digital yang ditinggalkan seseorang di dunia maya bisa mencerminkan sikap dan perilaku seseorang di dunia nyata,” ungkapnya.
Setelah pemaparan semua materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Humaerah. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Salah seorang peserta, Nabila, bertanya tentang bagaimana upaya bagi siswa yang ingin mengembangkan literasi digital dengan keterbatasan perangkat. Menanggapi hal tersebut, Hartono Tasir bilang, harapan bagi warga desa cukup terbuka karena pemerintah akan membantu mendorong ketersediaan infrastruktur digital, dan warganet juga bisa memanfaatkan fasilitas publik untuk belajar di internet secara positif.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.
Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi:
Humas Literasi Digital Sulawesi
Email : humas.sksulawesi@gmail.com
Website : https://event.literasidigital.id
Instagram : @siberkreasisulawesi
Twitter : @SiberkreasiSul
Facebook : Siber Kreasi Sulawesi







